Cinta karena Allah عز وجل merupakan
sesuatu yang sangat essensial dalam merajut persahabatan dan
persaudaraan dengan sesama muslim. Hubungan apapun yang dibina tidak
atas dasar cinta karena Allah عز وجل adalah semu dan hanya bertahan
sementara di dunia saja. Semua keakraban dan kerukunan itu akan berubah
menjadi permusuhan dan kebencian di akhirat kelak, firman Allah عز وجل :
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lainnya kecuali orang-orang
yang bertaqwa”, (QS.Az-Zukhruf:67)
Seseorang mungkin saja mencintai
orang lain karena hartanya, kecantikannya, kedudukannya, nasab
keturunannya, atau karena kepentingan pribadi, ambisi dunia dan materi
yang fana.
Berapa banyak persahabatan dan
persaudaraan yang berobah menjadi kebencian dan permusuhan seiring
lenyapnya pernak-pernik kepentingan yang melandasi hubungan trsebut.
Cinta yang seperti ini adalah cinta yang semu dan labil, tidak ada
kebaikan di dalamnya, dan tidak pula membawa pelakunya pada kebaikan.
Cinta seperti ini juga tidak akan
bertahan lama. Sebab ia akan hilang seiring hilangnya sebab dan
pendorongnya. Bahkan kerap kali cinta yang demikian akan berubah menjadi
permusuhan hanya karena sebab yang sepele atau sedikit perselisihan.
Sebaliknya, cinta dan persahabatan
yang dilandasi karena Allah عز وجل semata, akan tetap langgeng dan akan
membawa berjuta kebaikan di dunia dan di akhirat.
Inilah salah satu tanda kesempurnaan
cinta seorang hamba kepada Allah عز وجل dan Rasul-Nya صلى الله عليه
وسلم . Yaitu mencintai sesuatu yang dicintai oleh Allah عز وجل , dan
mencintai seseorang karena Allah عز وجل , bukan karena tujuan-tujuan
lain. Maka allah-pun mencintai mereka dan merekapun akan dicintai oleh
penduduk bumi.
Sementara pada hari kiamat kelak,
wajah-wajah mereka laksana cahaya di atas mimbar-mimbar dari cahaya,
yang membuat cemburu para Nabi dan Syuhada’. Allah عز وجل akan menaungi
mereka di bawah naungan-Nya pada hari tiada naungan selain naungan-Nya.
Mereka tidak takut di saat manusia takut, dan mereka tidak bersedih di
saat manusia bersedih.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali
Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati”. (QS. Yunus:62)