Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer

الأربعاء، 25 أبريل 2012

PAhala bagi orang-orang yang bersabar menurut Ali r.a. berkata bahawa Rasulullah S.A.W. telah bersabda:
"Sabar itu ada tiga:
1. Sabar terhadap musibah, yakni sabar dan tidak merasa marah terhadap musibah yang menimpanya sebaliknya dia menerima dengan baik musibah itu. Maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya yakni mentakdirnya atau menyuruh menulis di Luh Mahfuz 300 darjat, yakni darjat yang tertinggi di Syurga dan setiap satu darjat antara satu darjat itu seperti langit dan bumi.
2. Barang siapa yang bersabar dalam taat yakni mengerjakan taat dan menanggung kesukaran taat itu maka Allah S.W.T. akan mencatatkan baginya 600 darjat yang mana satu darjat itu seperti permukaan bumi yang atas hingga ke penghabisan bumi yang terakhir.
3. Barang siapa bersabar dari maksiat, yakni meninggalkan kerja-kerja maksiat maka Allah S.W.T. akan mencatatkan baginya 900 darjat yang mana setiap satu darjat antara satu darjat itu seperti permukaan bumi hingga ke Arasy. Dan dia adalah makhluk darjatnya dua kali ganda. Sabar menjauhi segala yang diharamkan itu martabatnya paling tinggi yang paling tinggi."
Dalam al-Quran yang suci Allah telah berfirman yang bermaksud:
Katakanlah:"Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesunnguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah Az-Zumar ayat 53)
Kita sebagai hamba-Nya tidak dapat lari daripada melakukan kesilapan dan kekhilafan, jadi bertaubatlah kepada Allah Yang Maha Mendengar taubat. Semoga sinar hidayah menerangi kehidupan kita dan menjadi hala tuju kita untuk ke Syurga Allah yang kita idam-idamkan, Insya-Allah.

Ya Allah,
Ku menadah kedua belah tanganku untuk memohon kepada-Mu, Ya Rabb!
Aku mohon Ya Allah supaya engkau memelihara hati-hati kami dan seluruh jasad kami daripada melakukan maksiat kepada-Mu Ya Allah,
Kami adalah hamba-Mu yang kerdil lagi hina ya Allah,
Kami bertaubat kepada-Mu dengan apa yang telah kami lakukan kepada-Mu selama ini Ya Allah,
Dosa-dosa yang menggunung tinggi Ya Allah,
Engkaulah Yang Maha Pengampun,
Ampunilah dosa-dosa kami,
Kami mohon Ya Allah supaya Engkau pelihara kami daripada hasutan Syaitan yang direjam,
Terimalah taubat kami ini Ya Allah.
Semoga kita sentiasa dipelihara dan dilindungi Allah, Insya-Allah.

الاثنين، 23 أبريل 2012

Azan ~ call to prayer

Allahu Akbar (God is the greatest), Allahu Akbar (God is the greatest),

Allahu Akbar (God is the greatest), Allahu Akbar (God is the greatest),

Ash-hadu an-laa ilaaha ill-Allah (I witness that none deserves worship except God).

Ash-hadu an-laa ilaaha ill-Allah (I witness that none deserves worship except God).

Ash-hadu anna Muhammad-ar-Rasul-ullah (I witness that Muhammad is the messenger of God).

Ash-hadu anna Muhammad-ar-Rasul-ullah (I witness that Muhammad is the messenger of God).

Hayya ‘alas-Salah (Come to prayer!)

Hayya ‘alas-Salah (Come to prayer!)

Hayya ‘alal-Falah (Come to prosperity!)

Hayya ‘alal-Falah (Come to prosperity!)

Allahu Akbar (God is the greatest),Allahu Akbar (God is the greatest),

La ilaaha ill-Allah (None deserves worship except God)

Allah Bersama Orang yang Sabar!


Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya

Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar."
[Fushilat:34-35]
Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. "
[Ali Imran:133-134]
Ketika Abu Bakar tersinggung pada kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya, Aisyah dan ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
[An Nuur:122]
Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
[Asy Syuura:40]
"Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [Asy Syuura:43]
"Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa."
[An Nisaa’:149]
Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham. Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik dan dengan kesabaran:
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
[Al Ashr:3]
Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
[An Nisaa’:148]
Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[Al Anfaal:46]
Allah menyuruh kita sabar dan melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas kafir:
"Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).“
[Al Qalam:48]
Menjadi orang yang sabar memang sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.
Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai Allah, tapi juga manusia:
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]
Wallahu'alam

Dalam era membaiki diri ini, kita nilaikan sembahyang kita, nanti akan terjawap Kenapa kita tidak dibantu, dan ini juga gambaran secara keseluruhannya, mengapa umat islam terbiar dan tiada pembela dan umat islam kini tidak lagi menjadi umat yang agung seperti dulu.
Golongan Pertama
Kita boleh lihat hari ini sudah ramai umat islam yang tidak sembahyang, bahkan ramai juga yang tidak tahu hendak sembahyang; mereka telah jatuh kafir. Imam Malik berkata bahawa jatuh kafir kalau tidak sembahyang tanpa sebab. Imam Syafie kata jatuh fasik (pun masuk neraka juga) kalau ia masih yakin sembahyang itu fardu.




Golongan Kedua
Orang yang mengerjakan sembahyang secara zahir sahaja, bacaan pun masih tak betul, taklid buta, main ikut-ikut orang saja. Belajar sembahyang maupun secara rasmi atau tak rasmi tak ada. Ilmu tentang sembahyang tiada. Golongan ini tertolak bahkan berdosa besar dan hidup dalam keadaan derhaka kepada Allah Taala.
Golongan Ketiga
Orang yang mengerjakan sembahyang, bahkan tahu ilmu mengenai sembahyang, tetapi tak boleh lawan nafsu terhadap tarikan dunia yang kuat. Jadi mereka ini sekejap sembahyang, sekejap tidak. Kalau ada masa dan mood baik; ia sembahyang, kalau sibuk dan terkocoh kacah, ada program kenduri, pesta .a, berziarah, bermusafir, letih dan penat, maka ia tak sembahyang. Orang ini jatuh fasik.
Golongan Keempat
Orang yang sembahyang, kalaupun ilmunya tepat, fasih bacaannya, tetapi tak khusyuk kalau diperiksa satu persatu bacaannya, lafaznya banyak yang dia tak faham, fikirannya tak terpusat atau tak tertumpu sepenuhnya pada sembahyang yang dilaksanakannya itu disebabkan tak faham apa yang dia baca. Cuma main hafal saja. Jadi fikirannya terus tertumpu pada dunia dan alam sekelilingnya. Fikirannya mengembara dalam sembahyang, orang ini lalai dalam sembahyang. Neraka wail bagi orang jenis ini.
Golongan Kelima
Golongan yang mengerjakan sembahyang cukup lima waktu, tepat ilmunya, faham setiap bacaan sembahyang, fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tapi tak dihayati maksud dalam sembahyang itu. Fikirannya masih melayang mengingatkan perkara dunia, dek kerana faham saja tetapi tidak dihayati. Golongan ini dikategorikan sebagai sembahyang awamul muslimin.
Golongan Keenam
Golongan ini baik sedikit dari golongan yang ke lima tadi, tetapi main tarik tali di dalam sembahyangnya, sekali sekala khusyuk, sekali sekala lalai pula. Bila teringat sesuatu di dalam sembahyangnya, teruslah terbawa-bawa, berkhayal dan seterusnya. Bila teringat Allah secara tiba- tiba, maka insaf dan sedarlah semula, cuba dibawa hatinya serta fikirannya untuk menghayati setiap kalimat dan bacaan di dalam sembahyangnya. Begitulah sehingga selesai sembahyangnya. Ia merintih dan tak mahu jadi begitu, tapi terjadi jua. Golongan ini adalah golongan yang lemah jiwa. Nafsunya bertahap mulhamah (ertinya menyesal akan kelalaiannya dan cuba baiki semula, tapi masih tak terdaya kerana tiada kekuatan jiwa). Golongan ini terserah kepada Allah. Yang sedar dan khusyuk itu mudah-mudahan diterima oleh Allah, mana yang lalai itu moga-moga Allah ampunkan dosanya, namun tiada pahala nilai sembahyang itu. Ertinya sembahyangnya tiada member kesan apa apa. Allah belum lagi cinta akan orang jenis ini.
Golongan Ketujuh
Golongan yang mengerjakan sembahyangyang tepat ilmunya, faham secara langsung bacaan dan setiap lafaz di dalam sembahyangnya. Hati dan fikirannya tidak terbawa-bawa dengan keadaan sekelilingnya sehingga pekerjaan atau apa pun yang dilakukan atau yang difikirkan diluar sembahyang itu tidak mempengaruhi sembahyangnya. Walaupun ia memiliki harta dunia, menjalankan kewajiban dan tugas keduniaan seperti perniagaan dan sebagainya namun tidak mempengaruhi sembahyangnya. Hatinya masih dapat memuja Allah di dalam sembahyangnya. Golongan ini disebut orang-orang soleh atau golongan abrar ataupun ashabul yamin.
Golongan Kelapan
Golongan ini seperti juga golongan tujuh tetapi ia mempunyai kelebihan sedikit iaitu bukan saja faham, dan tak mengingati dunia di dalam sembahyangnya, malahan dia dapat menghayati setiap makna bacaan sembahyangnya itu, pada setiap kalimah bacaan fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tasbihnya pada setiap sujudnya dan setiap gerak gerinya dirasai dan dihayati sepenuhnya. Tak teringat langsung dengan dunia walaupun sedikit. Tapi namun ia masih tersedar dengan alam sekelilingnya. Pemujaan terhadap Allah dapat dirasai pada gerak dalam sembahyangnya. Inilah golongan yang dinamakan golongan Mukkarrabin (Yang hampir dengan Allah).
Golongan Kesembilan
Golongan ini adalah golongan yang tertinggi dari seluruh golongan tadi. Iaitu bukan saja ibadah sembahyang itu dijiwai di dalam sembahyang malahan ia dapat mempengaruhi di luar sembahyang. Kalau ia bermasalah langsung ia sembahyang, kerana ia yakin sembahyang punca penyelesai segala masalah. Ia telah fana dengan sembahyang.
Sembahyang telah menjadi penyejuk hatinya. Ini dapat dibuktikan di dalam sejarah, seperti sembahyang Saidina Ali ketika panah terpacak dibetisnya. Untuk mencabutnya, ia lakukan sembahyang dulu, maka di dalam sembahyang itulah panah itu dicabut. Mereka telah mabuk dengan sembahyang. Makin banyak sembahyang semakin terasa lazat, sembahyanglah cara ia nak lepaskan kerinduan dengan tuhannya.
Dalam sembahyanglah cara ia nak mengadu-ngadu dengan Tuhannya. Alam sekelilingnya langsung ia tidak hiraukan. Apa yang nak jadi disekelilingnya langsung tak diambil peduli. Hatinya hanya pada Tuhannya. Golongan inilah yang disebut golongan Siddiqin. Golongan yang benar dan haq. Setelah kita nilai keseluruhan sembilan peringkat sembahyang itu tadi, maka dapatlah kita nilai sembahyang kita di tahap yang mana.
Maka ibadah sembahyang yang boleh membangunkan jiwa, membangunkan iman, menjauhkan dari yang buruk, boleh mengungkai mazmumah, menanamkan mahmudah, melahirkan disiplin hidup, melahirkan akhlak yang agung ialah golongan tujuh, lapan dan sembilan sahaja. Sembahyangnya ada kualiti, manakala golongan yang lain jatuh pada kufur, fasik dan zalim.
Jadi dimanakah tahap sembahyang kita? Perbaikilah diri kita mulai dari sekarang. Jangan tangguh lagi. Pertama-tama soalan yang akan ditujukan kepada kita di akhirat nanti ialah solat atau sembahyang kita.
Marilah bersama membaiki solat kita agar segara dapat bantuan dari Allah, agar terhapuslah kezaliman, semoga tertegak kembali daulah Islam.
Oleh Manun Soleh
Tuhan ada berfirman di dalam Al Quran yang bermaksud: “Neraka Wail bagi orang yang sembahyang iaitu mereka yang lalai dalam sembahyangnya.” (Ayat Al Maun: 4 & 5)
Terdapat banyak tafsiran dan kupasan tentang maksud “lalai” dalam ayat ini. Maksud pertamanya ialah cuai bersembahyang hingga habis waktunya. Sembahyang itu sama ada diqadha ataupun ditinggalkan terus.
Maksud “lalai” yang kedua ialah tidak khusyuk dalam sembahyang. Iaitu tidak hadir hati dalam sembahyang. Dalam sembahyang teringat perkara-perkara diluar sembahyang yang tidak ada kena mengena dengan sembahyang. Malahan, bukan sahaja tidak hadir hati dalam sembahyang, maksud perbuatan dan lafaz dalam sembahyang pun tidak diketahui atau difahami. Jauh sekali untuk dihayati atau dijiwai.
Ketiga ialah tidak melaksanakan segala ikrar dan janji yang dibuat di dalam sembahyang. Dalam sembahyang berbagai-bagai ikrar dan janji dibuat. Diantaranya kita berikrar bahawa segala sembahyang, ibadah, hidup dan mati kita hanyalah kerana Allah. Tetapi selesai sahaja sembahyang , janji itu dilupakan. Buat kerja seolah-olah Tuhan itu tidak wujud atau tidak relevan.
Walau bagaimana pun , kalau kita kaji betul-betul ketiga-tiga tafsiran di atas, kita akan dapati puncanya berbalik juga kepada ketiadaan khusyuk dalam sembahyang. Tidak khusyuk dalam sembahyang adalah kerana tidak khusyuk di luar sembahyang. Sekiranya seseorang itu khusyuk diluar sembahyang, khusyuk itu sudah pasti berterusan dan akan dibawa ke dalam sembahyang. Ertinya, orang yang khusyuk dalam hidupnya diluar sembahyang akan merasa khusyuk dalam sembahyang. Hanya apabila di dalam sembahyang, rasa khusyuknya lebih subur dan lebih tajam kerana sembahyang itu ada rukun dan disiplinnya.
Bagi orang yang khusyuk, tidak timbul masalah cuai bersembahyang hingga habis waktu kerana orang yang khusyuk itu selalu menanti-nanti dan menunggu-nunggu waktu untuk bersembahyang. Menunggu sembahyang itu baginya seperti menunggu untuk bertemu kekasih.Tidak juga timbul hati tidak hadir dalam sembahyang atau teringat perkara-perkara lain diluar sembahyang kerana orang yang khusyuk itu hatinya sentiasa bergelora dengan Tuhan.
Tidak menunaikan ikrar dan janji yang dibuat di dalam sembahyang adalah berpunca dari ketiadaan khusyuk. Apabila tidak khusyuk, segala janji yang dibuat hanyalah di lidah semata-mata. Paling tinggi, akal mungkin turut serta dalam membuat ikrar dan janji tersebut. Tetapi hati tidak ada peranan kerana tiada khusyuk. Khusyuk itu perkara hati. Oleh itu ikrar dan janji berkenaan dibuat tanpa komitmen dan kesungguhan kerana hati tidak dilibatkan dan tidak dibawa bersama. Ertinya ikrar dan janji itu tidak dibuat dari hati. Janji yang bukan dari hati bukan janjilah namanya. Tidak hairanlah kenapa janji hanya tinggal janji.
Khusyuk yang dituntut dari manusia bukan hanya ketika dalam sembahyang. Tuhan bukan wujud dalam sembahyang sahaja. Tuhan wujud setiap masa dan ketika. Oleh itu kita perlu khusyuk sepanjang masa. Orang yang khusyuk sembahyang itu ialah orang mukmin yang berjiwa Tauhid. Orang yang rasa cinta dan takutnya dengan Tuhan sentiasa mencengkam jiwa dan hati nuraninya. Rasa-rasa ini dibawanya ke mana-mana sahaja dia pergi. Lebih-lebih lagilah dalam sembahyangnya.
Lalai dalam sembahyang pula ada beberapa peringkat seperti berikut:
1. Lalai habis. Takbir sahaja sudah ingat perkara lain di luar sembahyang yang tidak ada kena mengena langsung dengan sembahyang. Ia berterusan sampai salam. Tidak ada rasa apa-apa dengan Tuhan sepanjang sembahyang. Malahan sedar pun tidak.
2. Dalam sembahyang, ada masa lalai dan ada masanya ingat dan sedar bahawa dia sedang bersembahyang. Sembahyang diselang-seli dengan lalai dan mengingat hal-hal dunia.
3.Boleh ikut dan menyorot apa yang dia baca dalam sembahyang tetapi tidak faham akan maksud apa yang dibaca dan dilafazkan. Kalau hendak diukur dengan nisbah khusyuk, ini masih dianggap lalai. Bila tidak faham, masakan boleh menghayati. Kalau tidak menghayati, masakan boleh merasa apa-apa dengan Tuhan.
4. Boleh faham segala apa yang dibuat, dibaca dan dilafazkan di dalam sembahyang. Sembahyang seperti ini sudah agak baik. Namun ini masih dianggap lalai mengikut kehendak dan tuntutan sembahyang kerana belum ada apa-apa rasa dengan Tuhan. Khusyuk adalah rasa bukan setakat tahu atau faham.
5. Faham akan segala apa yang dibaca dan dilafazkan dalam sembyang dan kadang-kadang ada rasa tetapi tidak pada sepanjang masa dan waktu di dalam sembahyang. Walaupun ini sudah baik tetapi masih ada lalai. Walaupun tidak membawa dunia ke dalam sembahyang tetapi rasa-rasa dengan Tuhan tidak wujud sepanjang waktu dalam sembahyang.
6.Sembahyang yang tidak lalai itu ialah yang sentiasa mempunyai rasa dengan Tuhan yang berubah-rubah dari satu rasa ke satu rasa yang lain mengikut apa yang dibaca dan apa yang dilafazkan,bermula dari takbiratulihram hinggalah kepada salam. Inilah sembahyang yang tidak lalai. Inilah sembahyang yang benar-benar khusyuk.
Sesuailah pembahagian peringkat-peringkat lalai ini dengan erti sebenar khusyuk dalam sembahyang. Khusyuk bukan setakat dapat menumpukan perhatian dan faham apa yang dibaca dalam sembahyang tetapi ialah dapat menimbulkan rasa-rasa dengan Tuhan. Kalau tidak ada rasa-rasa yang berubah dalam sembahayng seperti gerun, hebat, cinta, takut, berharap kepada Tuhan dan lain-lain, maka itu tanda tak khusyuk.
Lalai berpunca dari pengaruh dunia. Kalau dunia berada di hati,amat sukar untuk mendapat khusyuk dalam sembahyang. Dunia akan terbawa dalam sembahyang. Sebab itu kalau pun ada rasa di dalam sembahyang, hanyalah ada rasa-rasa keduniaan seperti seronok tadi baru berjumpa kawan atau rasa takut tengah-tengah sembahyang polis saman kereta kita salah parking atau tengah sembahyang, bimbang takut tak sempat pergi ke bank sebelum bank tutup dan sebagainya. Rasa-rasa ini ialah rasa dunia yang melalaikan, bukan rasa-rasa khusyuk.
Kalau kita berjalan-jalan dalam hutan dan keindahan hutan itu sangat mempengaruhi hati kita hingga apabila terserempak dengan harimau pun kita tak sedar dan tidak merasa takut, maka kita sebenarnya tidak kenal harimau. Kalau kenal, sudah tentu secara spontan kita rasa gerun dan takut. Begitu juga, kalau kita seronok dengan nikmat dunia ini hingga terbawa-bawa ke dalam sembahyang sampai kehadiran Tuhan sewaktu kita bersembahyang pun kita tak sedar, itu tanda kita tidak kenal Tuhan dan tidak terkesan atau terpengaruh dengan kehadiran Tuhan.
Sekiranya kita tidak kenal Tuhan, hanya setakat tahu dan percaya sahaja , kita tidak akan dapat rasa khusyuk. Paling tinggi ketauhidan kita hanya diperingkat akal atau fikiran sahaja kerana tahu dan percaya itu perkara akal. Kita dikatakan orang yang berfikiran tauhid, bukan yang berjiwa tauhid.
Mengenal Tuhan ialah langkah pertama untuk mendapat khusyuk. Setelah Tuhan kita kenal, barulah kita akan dapat merasakan kehebatan dan keagungan Tuhan dihati kita kerana kenal itu perkara hati. Barulah kita akan dapat rasa berTuhan. Selagi hati kita tidak dapat rasa berTuhan, ia tidak akan dapat rasa kehambaan dan ia tidak akan dapat rasa khusyuk.
Ada hadis berbunyi: “Awal-awal agama adalah mengenal Allah”
Maksudnya, selagi kita tidak kenal Allah, agak sukar untuk kita beragama. Kita tidak akan boleh khusyuk. Selagi kita tidak boleh khusyuk kita sebenarnya belum berjiwa Tauhid. Kalau kita belum berjiwa Tauhid kita tidak akan mampu mengamal dan menegakkan syariat Islam secara lahir dan batin. Mungkin kita boleh laksanakan syariat lahir tetapi batinnya kosong. Tidak ada khusyuk, tidak ada roh dan tidak ada jiwa. Padahal Islam itu mesti ada lahir dan batinnya.